Redian M. Fikri's

Project
        Apa itu Pengmas?

       Pengmas adalah singkatan dari Pengabdian Masyarakat. Pengmas pada dasarnya sudah menjadi tanggung jawab dari civitas akademika Perguruan Tinggi, yang didalamnya termasuk juga mahasiswa yang telah tercantum dalam misi Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu : Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat itu sendiri.

       Disini penulis ingin bercerita tentang pengalaman pengabdian masyarakat yang pernah penulis ikuti. Setidaknya ada 2 acara yang pernah penulis ikuti yaitu saat masa kaderisasi memasuki himpunan dan saat semester 5 kuliah.

Permukiman Penduduk di Hegarmanah, Bandung


   
       Pengmas pertama dilakukan di daerah Hegarmanah, Bandung. Disini penulis dan teman-teman seangkatan Mikrobiologi 2013 mengadakan penyuluhan serta berusaha memberikan solusi tentang permasalahan sampah di daerah ini ditinjau dari sudut pandang Mikrobiologi.
Salah Satu Permasalahan di Hegarmanah : Sampah
          Dari permasalahan yang ada, kami mencoba mencari solusi dari permasalahan sampah yang sampai dapat menyebabkan banjir di daerah ini. Kami seangkatan memberikan solusi berupa melakukan penyuluhan pemilahan sampah kepada anak-anak, pembuatan pupuk mol, dll. Meskipun belum bisa berdampak nyata namun tidak bisa dipungkiri bahwa kami sebagai mahasiswa juga memiliki keterbatasan. Adanya tugas di tempat lain membuat sulitnya pengmas ini dibuat berlanjut (sustain) hingga sekarang.

       Kegiatan Pengmas kedua yang penulis ikuti dilakukan pada saat semester 5. Pengmas kedua ini dilakukan di Desa Warjabakti, Kabupaten Bandung. Pengmas yang kedua ini dalam skala jauh lebih besar dibandingkan pengmas sebelumnya. Hal ini didukung oleh adanya kolaborasi dari berbagai jurusan di ITB yang dinamakan Gebrak Indonesia.

Edukasi ke Siswa SD Warjabakti

       Pada pengmas di Warjabakti ini, kembali kami Himpunan Mahasiswa Mikrobiologi "Archaea" ITB membawa keilmuan yang kami ketahui kepada warga Warjabakti, terutama pada siswa SD. Kami mengadakan penyuluhan berbagai macam aplikasi tentang Mikrobiologi contohnya adalah pembuatan Yoghurt. Disini kami ingin membuka wawasan masyarakat Warjabakti yang dimulai dari siswa SD tersebut, dimana mayoritas penduduknya belum menyadari pentingnya pendidikan tinggi dan langsung menikah setelah lulus SMA. Kami mengambil contoh dalam pembuatan Yoghurt untuk menunjukkan bahwa keilmuan Mikrobiologi sangat dekat dengan kehidupan mereka. Kami mengharapkan dari sini akan muncul motivasi dari siswa SD tersebut untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi dan memiliki mimpi yang lebih tinggi lagi.

LESSON LEARNED : 

       Setiap kali mendatangi suatu masyarakat, yang penulis bayangkan adalah memberikan pengajaran kepada masyarakat sesuai dengan ilmu yang selama ini telah penulis pelajari. Namun, kenyataannya selalu berbeda dari bayangan penulis. Setiap kali penulis datang ke masyarakat untuk memberi, lebih banyak yang penulis terima. Bukan hanya tentang keilmuan, tetapi juga bagaimana pelajaran tentang menyikapi hidup ini. Hal ini merupakan keanehan dari pengmas. Semakin banyak memberi, maka semakin banyak menerima.
       
       Akhirnya, penulis disini hanya ingin mendorong teman-teman sekalian untuk mencoba juga melakukan kontribusi pada sekitar kita, karena pada dasarnya hidup itu tidak melulu tentang AKU tapi juga KITA. Penulis mengutip salah satu hadist yang berkaitan dengan ini, yang artinya :

 Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni). Sumber : Link

       Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia. Maka mulailah dari sekarang, setelah membaca artikel ini segera pikirkanlah cara yang dapat teman-teman lakukan untuk bermanfaat bagi orang lain. Kemudian bergerak, bertindak. Sekian.




Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Lingkungan
Salah satu jenis lichen. Sumber : link

            Industrialisasi dan urbanisasi telah mempengaruhi perkembangan sosio ekonomi. Namun dibalik itu, perkembangan ini juga menyebabkan bahaya bagi lingkungan. Beberapa jenis polutan dilepaskan ke atmosfer dari berbagai macam sumber dalam bentuk nitrogen oksida, sulfur oksida, pestisida, herbisida, partikel tersuspensi dan logam berat. (Bajpai et al., 2011)
Lichen merupakan suatu suatu simbiosis antar dua mikroorganisme berupa fungi dan mikroalga. Simbiosis ini terjadi karena adanya kebutuhan dari kedua mikroorganisme tersebut yang tidak dapat dipenuhi sendiri. Mikroalga merupakan mikroorganisme yang bersifat autotrof, yang berarti mikroalga dapat melakukan sintesis karbon organik dari karbon anorganik. Sedangkan fungi merupakan mikroorganisme yang bersifat heterotrof yang tidak bisa mensintesis karbon organik dari karbon anorganik sehingga memerlukan suatu sumber karbon organik yang langsung dapat digunakan. Untuk itu, pada lichen fungi mendapatkan sumber karbon dari mikroalga sedangkan sebaliknya mikroalga juga mendapatkan sumber karbon anorganik dari fungi. Selain itu, fungi juga menyediakan tempat yang lebih terlindungi untuk memberikan fungsi proteksi pada mikroalga. Hal ini menjadikan simbiosis antar kedua mikroorganisme ini simbiosis yang mutalisme sehingga menguntungkan bagi kedua mikroorganisme tersebut.
            Lichen memiliki habitat yang sangat beragam. Pada umumnya lichen dapat ditemukan pada permukaan pohon, permukaan batuan hingga permukaan tanah.
            Lichen dapat diaplikasikan di bidang lingkungan, salah satunya adalah sebagai alat untuk melakukan monitoring senyawa logam berat di atmosfer. Proses monitoring menggunakan organisme hidup disebut juga proses biomonitoring. Hal ini dapat dilakukan karena lichen memiliki sensitivitas yang tinggi dan memiliki kemampuan untuk menyimpan kontaminan atau polutan di dalam jaringannya. Seperti telah disebutkan sebelumnya, lichen dapat tumbuh di berbagai tempat sehingga dapat dijadikan suatu indikator untuk lingkungan di sekitarnya. Karakteristik lain yang membuat lichen dapat dijadikan indikator adalah morfologi lichen yang tidak memiliki sistem perakaran dan morfologi permukaan sehingga membuat kontaminan yang terdeteksi hanya berasal dari sistem absorpsi yang didapatkan dari udara. (Obiakor et al., 2013)
            Menurut studi yang telah dilakukan, lichen dan  lumut merupakan indikator yang paling efektif untuk kadar deposisi logam yang rendah dan menengah pada area yang terkena polusi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara konsentrasi dari Pb, Fe, Cu, Cr, dan Zn pada lichen dengan rata-rata deposisi atmosferik secara tahunan. (obiakor et al., 2013)
            Dalam melakukan pengujian terdapat protokol yang dilakukan untuk mengambil sampel dari lichen. Dalam melakukan sampling pada suatu spot harus dilakukan pengambilan sampel yang terdiri dari 5 subspot di dalam area 50 m X 50 m. Kemudian sampel lichen dikumpulkan menggunakan sarung tangan polietilen untuk mencegah terjadinya kontaminasi lanjut yang diakibatkan perangkat sampling. Sampel yang didapat kemudian ditempatkan di dalam paper bag. Setelah sampel didapatkan, kemudian sampel harus di treatment dengan memisahkan  lichen dari kontaminasi tanaman yang ada dan tanah kemudian dikeringkan selama beberapa hari. (Obiakor et al., 2013)
            Selanjutnya, sampel harus diproses untuk dapat dianalisis. Sampel lichen dengan berat 6 gram dikeringkan pada oven kemudian didinginkan pada desikator. Material kering kemudian dipanaskan kembali hingga menjadi abu dengan furnace selama 6 jam kemudian didinginkan di dalam furnace selama 24 jam. Sampel abu kemudian dilarutkan menggunakan reagen asam hidroklorat dan air 1:1 selama 3 jam di atas hotplate. Hasil reaksi kemudian dilakukan ekstraksi menggunakan air deion dan disaring ke dalam botol polietilen. Setelah itu konsentrasi Hg, Pb, As, Cd, Cu, Cr, dan Zn dapat ditentukan menggunakan spectrometer absorbsi atom dengan larutan standar yang berisi konsentrasi logam yang telah diketahui. (Obiakor et al., 2013)
            Hasil analisis penelitian oleh Obiakor et al menunjukkan bahwa lichen epifit telah tervalidasi sebagai biomonitor yang cocok untuk logam berat yang terdapat di udara. Adanya variasi perbedaan konsentrasi logam berat pada lichen dipengaruhi secara utama oleh lokasi dimana sampel tersebut didapatkan.
            Selain itu terdapat faktor yang mempengaruhi konsentrasi logam berat yang terukur pada lichen, diantaranya : kualitas dari deposisi (bentuk senyawanya, komposisi, serta pH), iklim (hujan, temperature, angin, musim kemarau, lama waktu terpapar), serta lingkungan local (vegetasi, kualitas substrat, partikel debu yang didapat dari tanah, serta ketinggian dari lokasi pengambilan sampel). (Obiakor et al., 2013)
            Akhirnya, proses biomonitor kandungan logam berat pada atmosfer ini penting karena kandungan logam berat di udara seperti Arsen dapat menyebabkan kanker karena merupkan senyawa grup I karsinogen. (Obiakor et al., 2013). Polusi udara ini sering diasosiasikan dengan adanya daerah industry, pertambangan, serta aktivitas kendaraan bermotor yang menyebabkan meningkatnya konsentrasi Arsen. (Obiakor et al., 2013)

REFERENSI
Bajpai, R., Mishra, G.K., Mohabe, S., Upreti, D.K., Nayaka, S. 2011. Determination of atmospheric heavy metals using two lichen species in Katni and Rewa cities, India. Journal of Environmental Biology. 32(2011), 195-199
Obiakor, M.O. & Ezeonyejiaku, C.D. 2013. Lichens as Bio-Identitiy Tool for Monitoring Atmospheric Heavy Metal Deposition in Industrial and Urban Environment. Am. J. Life. Sci. Res. 1(2), 59-66
       

       Identitas merupakan sebuah ciri khas yang dimiliki seseorang. Identitas mahasiswa berarti sebuah ciri yang dimiliki seorang mahasiswa. Identitas mahasiswa dapat didekati dengan 3 hal, yakni : Potensi, Posisi, dan Peran. Potensi mahasiswa adalah kemampuan yang bisa dikembangkan. Potensi mahasiswa mencakup hardskill (kemampuan yang dipelajari secara akademik), softskill (kemampuan emosional), serta idealisme (cara pandang untuk menerima sesuatu sesuai kebenaran ilmiah).  Kemudian posisi adalah letak suatu objek dalam kerangka acuan tertentu. Dalam konteks mahasiswa menjadi letak mahasiswa dalam masyarakat. Posisi mahasiswa yakni masyarakat sipil golongan akademia, yang artinya masyarakat sipil yang berada di pendidikan yang lebih tinggi. Peran mahasiswa merupakan konsekuensi dari kedudukan seorang mahasiswa. Diharapkan mahasiswa memiliki tingkah atas kedudukan mahasiswa tersebut di masyarakat. Ada 2 peran mahasiswa, yaitu menurunkan nilai ke generasi penerus berdasarkan potensi yang dimiliki dan terjun langsung ke masyarakat untuk menyelesaikan masalah sesuai kemampuan.

       Secara umum, sebagai mahasiswa hardskill akan terpenuhi dengan sendirinya melalui proses perkuliahan yang telah disusun kurikulumnya. Akan tetapi, untuk softskill dan idealisme ini perlu diasah dan tidak diajarkan di perkuliahan atau mungkin sangat sedikit sekali. Untuk itu di ITB sendiri sudah ada banyak wadah yang dapat meningkatkan softskill maupun idealisme para mahasiswanya. Sebagai contoh adalah kegiatan di unit. Di unit mahasiswa diajak untuk melakukan kegiatan berorganisasi yang secara tidak langsung meningkatkan softskill kita, misalnya bagaimana menjadi seorang pemimpin, bagaimana mengorganisir teman-teman untuk mendapatkan tujuan tertentu, menjadi mahasiswa yang loyal dan berintegritas, dsb. Dengan mengasah hardskill, mahasiswa juga dapat dikatakan telah menjalani posisinya di masyarakat sebagai masyarakat sipil akademia. Intinya adalah mahasiswa selain memiliki kewajiban belajar juga harus bisa aktif di luar kegiatan akademik.

       Dalam menjalankan peran sebagai mahasiswa, sudah banyak upaya yang dilakukan. Untuk menurunkan nilai-nilai dapat dijumpai pada proses kaderisasi. Banyak contoh kaderisasi yang terjadi di ITB, misalnya kaderisasi di unit, kaderisasi untuk masuk himpunan, maupun kaderisasi dalam kepanitiaan misalnya OSKM. Untuk terjun langsung ke masyarakat juga sudah banyak aksi yang dilakukan misalnya kegiatan pengabdian masyarakat mulai dari mengajar anak-anak, penyuluhan tentang kebersihan, menyelesaikan masalah sesuai bidang keilmuan masing-masing. Pemahaman dan pengaplikasian popope ini merupakan upaya untuk menjadikan seseorang sebagai mahasiswa yang baik atau dapat dikatakan sebagai “Memahasiswakan Mahasiswa”.
       Secara umum, Unit Panahan "Pasopati" ITB telah penulis ceritakan di posting sebelumnya : Pasopati.



       Namun, yang ingin penulis ceritakan disini adalah pengalaman secara pribadi di Pasopati ini.

     Pasopati merupakan organisasi pertama di ITB yang penulis ikuti. Proses "kaderisasi" atau pembentukan kader Pasopati ini menurut penulis terbilang cukup berat, dalam segi fisiknya terutama. Perjalanan awal dimulai dari suatu event bernama OHU yaitu "Open House Unit" yang merupakan kegiatan tahunan di ITB dalam rangkaian acara OSKM.

       Di OHU ini ditampilkan berbagai macam Unit Kegiatan Mahasiswa yang ada di ITB mulai dari Unit keagamaan, budaya, olahraga, dll. Tapi dari sekian banyak unit (70 an lebih) yang menarik bagi saya ada 2 yaitu Pasopati dan ARC -yang pada perjalanannya tinggal Pasopati saja- dan akhirnya penulis memutuskan untuk mendaftar di kedua unit tersebut.

       OHU pun berlalu, penulis mulai mengikuti kaderisasi Pasopati ini yang mana dilaksanakan setiap hari Sabtu dan Minggu disaat orang lain beristirahat dengan tenang. Tapi apabila dijalani ternyata engga berat juga, tergantung niat dan keseriusan. Waktu demi waktu berlalu dan sampailah di penghujung tahun 2013. Selanjutnya ada proses ........, katakanlah confidential dan akhirnya penulis secara resmi bergabung menjadi anggota Pasopati.

       Penulis pun mendapatkan banyak pengalaman berharga dari kehidupan di Pasopati ini. Mulai dari ketua Home Tournament, Kadiv Mamet PPAB, hingga sekarang menjadi Kadiv Eksternal dan penulis masih berharap bisa belajar lebih dari Pasopati. *Disclaimer : untuk berkontribusi tidak perlu menunggu adanya jabatan. Jabatan akan menyusul apabila seseorang itu siap.

       Dari beragam pengalaman tersebut penulis mendapatkan pelajaran tentang keorganisasian, misalnya adalah teori "dominansi". Penulis melihat bahwa dalam suatu organisasi ada kalanya kita perlu memberikan kesempatan pada anggota lain untuk berkembang. Ternyata teori dominansi ini baru penulis sadari ternyata logis karena memang ada teori tersebut pada komunitas organisme yang penulis pelajari di suatu mata kuliah yang menyebutkan bahwa semakin tinggi dominansi maka keanekaragaman akan berkurang. Selain itu masih banyak lagi pengalaman yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

       Proses pembelajaran penulis di Pasopati ini pun masih berlanjut hingga sekarang. Pelajaran yang didapat ternyata juga bisa diaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Berkembang, mendapatkan pembelajaran bagi diri sendiri itu baik. Namun untuk berkembang, belajar bersama-sama itu jauh lebih baik. Selain itu, di Pasopati ini anggotanya secara umum memiliki "Frame" atau pandangan yang sama. Hal ini penting karena untuk mencapai tujuan yang besar kita harus bergerak sinergis atau saling mendukung. Kita tidak bisa menghabiskan waktu hanya untuk mengakui pendapat kita yang paling benar. Menurut saya itulah kelebihan Pasopati ini.
Sumber : Foto

       Sebelumnya penulis ingin menyampaikan bahwa tulisan ini dibuat secara objektif dan tanpa mendukung pihak tertentu.
       Beberapa waktu lalu, salah satu penggagas ide mobil listrik di Indonesia yaitu Ricky Elson sempat datang untuk memberikan seminar dan berbagi ceritanya tentang mobil listrik pada salah satu acara Ramadhan di Bandung. Hal ini mendorong saya untuk mencari tahu "kebenaran" tentang mobil listrik yang diperdebatkan di Indonesia ini. Saya terdorong untuk mencari tahu, siapakah yang lebih benar : Pemerintah atau Ricky Elson dan timnya? atas gagalnya uji emisi mobil listrik buatan Ricky dan tim ini.

Mobil Listrik Selo. Sumber : kaskus
       Penulis kemudian meng-google informasi terkait mobil listrik dan menemukan suatu report yang ditulis oleh Lindsay Wilson pada tahun 2013 yang berjudul Shades of Green : Electric Cars' Carbon Emissions Around the Globe. Sebelum membaca, dari judulnya penulis cukup bertanya-tanya dan heran karena menunjukkan bahwa mobil listrik menghasilkan emisi, bahkan karbon dimana mobil listrik tidak melakukan pembakaran sehingga tidak ada karbon yang dilepaskan (seharusnya). Setidaknya emisi mobil listrik berupa panas, itu yang penulis pikirkan di awal.

       Emisi karbon pun terjawab setelah mendalami report yang dibuat. Dari uraian report tersebut diketahui bahwa untuk mengetahui emisi serta dampaknya terhadap lingkungan (iklim) maka harus ada pertimbangan mengenai sumber listriknya maupun emisi dari proses produksi mobil tersebut.


       Dari kutipan gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa setiap negara yang menerapkan mobil listrik berakhir dengan emisi yang berbeda-beda bergantung kepada dari mana listriknya dihasilkan. Dapat terlihat bahwa Indonesia memiliki emisi yang cukup besar dibanding dengan negara lain yang diakibatkan sumber listriknya yang masih berasal dari pembakaran bahan bakar fosil (batu bara).

       Kemudian, berbicara tentang emisi saat manufaktur (proses produksi kendaraan) pada report tersebut diberikan dengan asumsi yaitu : kendaraan listrik memiliki emisi sebesar 70 g CO2e/km dan kendaraan berbahan bakar minyak memiliki emisi sebesar 40 g CO2e/km. Tentu saja, emisi tersebut didapat melalui berbagai perhitungan serta literatur yang ada.


       Gambar diatas menunjukkan emisi mobil berbahan bakar minyak dan kendaraan listrik yang diukur dengan satuan mil per galon. Emisi tersebut diukur pada 3 profil manufaktur mobil, yaitu Tinggi (90 g CO2e/km), Sentral (70 g CO2e/km), dan Rendah (50 g CO2e/km). Apa artinya? Dengan semakin tingginya profil manufaktur mobil (semakin tinggi emisinya) maka hal ini setara dengan penurunan kemampuan mil per galon dari suatu mobil, sehingga semakin tinggi emisi saat manufaktur mobil maka semakin tinggi pula emisi keseluruhan yang dihasilkan. Ini menunjukkan bahwa emisi saat manufaktur mobil sangat penting untuk diperhatikan.

       Analisis pada report tersebut belum mempertimbangkan tentang polusi udara lokal, biaya operasional kendaraan, serta harga beli dari kendaraan tersebut.

       Akhirnya, meskipun didasari dari report dengan berbagai batasan dalam analisis penulis dapat mengatakan bahwa mobil listrik/ kendaraan listrik tidak dapat dibilang bebas sepenuhnya dari emisi. Mobil listrik tentu saja membutuhkan listrik, yang apabila untuk mendapatkannya menghasilkan emisi maka belum dapat dikatakan mobil listrik bebas dari emisi.

       Akan tetapi, untuk dapat membuat mobil listrik karya anak bangsa sendiri merupakan prestasi yang luar biasa. Diperlukan waktu yang tidak sebentar dan banyak tenaga yang tercurah untuk bisa berhasil membuat mobil listrik di Indonesia ini, dimana teknologi yang ada tidak se-mumpuni negara penghasil mobil listrik yang telah ada. Untuk itu kita perlu mengapresiasi kerja dari Ricky Elson dan timnya ini. Masalah gagalnya uji emisi, penulis pun tidak tahu metode apa yang digunakan dalam pengujian emisi tersebut. Untuk itu, yang bisa kita sebagai warga Indonesia sekarang adalah terus mendukung adanya "Ricky Elson" berikutnya dan tetap positive thinking terhadap pemerintah, berharap semoga keputusan pemerintah pada saat ini membawa kebaikan bagi semua pihak.


Untuk mendalami report tersebut lebih lanjut, pembaca dapat mengunjungi : Shrink That Footprint


Koloni Mikroba di Cawan Petri. Sumber : site
       Next Frontier, 

       Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroba, yaitu organisme yang sangat kecil dan membutuhkan alat bantu untuk melihatnya seperti mikroskop. (Black, 2012). Mikroba yang dimaksud antara lain Bakteri, Archaea, Alga, Fungi, Virus, Protozoa, serta Helminthes dan Arthropoda. (Black, 2012). Sebagai gambaran, berikut adalah perbandingan relatif ukuran mikroba dengan substansi lainnya : 

Black, 2012. p. 52
    Dapat dilihat bahwa ukuran mikroba sangat kecil, sehingga diperlukan mikroskop untuk mengamatinya. Hal ini diawali oleh penemuan mikroskop oleh Anton van Leeuwenhoek sehingga hari ini kita dapat mengamati mikroba tersebut. (Black, 2012).
        
       Mikroba merupakan organisme yang kosmopolitan, terdapat di berbagai tempat. Tubuh kita pun tidak lepas dari mikroba : Kulit, Mulut, serta Organ Pencernaan dihuni oleh berbagai macam mikroba. Tidak semua mikroba bersifat patogen/ merugikan. Mikroba yang hidup di usus besar manusia misalnya, Escherichia coli merupakan mikroba yang selalu kita butuhkan untuk mengolah sisa pencernaan manusia.

      Dilihat pada skala yang lebih luas, mikroba mendukung terjadinya siklus energi serta siklus biogeokimia. Mikroba selalu ada di dalam tiap proses tersebut, mulai dari fiksasi Nitrogen di udara yang kemudian digunakan oleh tumbuhan hingga degradasi komponen organik untuk diubah kembali menjadi komponen anorganik. Hal ini membuat mikroba sangat penting bagi keberlangsungan proses di alam.

      Semua informasi tersebut dipelajari dalam Mikrobiologi. Itulah keunikan dari Mikrobiologi, yakni mempelajari mikroba : Tak nampak namun sangat berdampak.   

     Ada beberapa rekomendasi buku tentang dasar Mikrobiologi bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam tentang ilmu ini, Black dan Brock.    

      
Referensi :
Black, J.G, & Black, L.J. 2012. Microbiology: Principles and Explorations 8th ed. John Wiley & Sons
Foto Udara SMA TN saat berlangsung Upacara Bendera

SMA TN?

     SMA TN kerap kali digunakan sebagai singkatan dari SMA Taruna Nusantara. Beberapa orang mungkin sudah pernah mendengar nama SMA ini. SMA ini dibangun di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah tepatnya di Jalan Purworejo KM 5, Magelang. SMA TN dikelola oleh LPTTN (Lembaga Perguruan Taman Taruna Nusantara). Info lebih lanjut secara resmi dapat dilihat di Website SMA TN.

Bedanya dengan SMA lain?

    Selama pendidikan di SMA TN ini, kita akan diajarkan 3 nilai utama yakni : Kepribadian, Kesamaptaan, dan Akademik. Siswa SMA TN dituntut untuk memiliki Kepribadian, Kesamaptaan, serta Akademik yang baik, sehingga tidak hanya tentang mendapat nilai rapor yang baik di sekolah.   
     Nilai kepribadian ditanamkan melalui proses pendidikannya, setidaknya setiap siswa pernah sekali memegang amanah menjadi ketua kelas, ketua graha, pemimpin apel, ataupun contoh terkecilnya adalah sebagai pemimpin barisan saat mobilisasi. Selain itu kepribadian juga dilatih dengan adanya PUDD maupun Perdupsis yang mengatur kehidupan berasrama.
     Nilai kesamaptaan didapat dari porsi olahraga yang cukup besar. Setiap siswa pada setiap akhir semester akan melakukan tes kesamaptaan yang berupa lari serta push up, sit up, dan pull up. Kesamaptaan ini dilatih juga dengan olahraga pagi setiap hari kecuali Minggu yang agendanya lari atau senam pagi.
     Kemudian nilai akademik didapat dari kegiatan belajar mengajar seperti di SMA lain. Kegiatan belajar dimulai pukul 7 pagi dan selesai sekitar pukul 2 siang. Tidak hanya itu, setiap siswa juga diwajibkan melakukan belajar malam dari pukul 7 malam hingga 9 malam secara mandiri.

Yang khas dari SMA TN?

     Pertama, siswa SMA TN berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Hal ini membuat adanya istilah miniatur Indonesia. Di sini kita dapat benar-benar menerapkan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu. Dimana setiap orang belajar untuk toleransi terhadap orang lain.
     Kedua, disiplin. Setiap hari, kegiatan-kegiatan rutin telah terjadwal dengan baik. Setiap siswa setidaknya harus bangun pukul 5 pagi kemudian melakukan ibadah serta olahraga pagi hingga sekitar pukul 5.30. Pukul 6.00 akan dilakukan makan pagi bersama di RKB (Ruang Komunikasi Bersama). Pukul 7.00 kegiatan belajar dimulai hingga pukul 14.00 dilanjutkan makan siang bersama. Sore hari diisi dengan kegiatan mandiri. Pukul 18.00 dilakukan makan malam bersama. Pukul 19.00 hingga 21.00 siswa melakukan belajar malam. Dan kegiatan hari itu ditutup pada pukul 22.00 dengan adanya bel malam.
     Ketiga, apel. Apel disini bukan buah. Apel dieja dengan bunyi sama dengan kata mengepel lantai :). Apel berfungsi sebagai penghitung kekuatan atau bahasa mudahnya adalah menghitung jumlah siswa yang hadir. Selain itu apel juga berfungsi untuk media menyampaikan informasi secara langsung. Setidaknya dalam 1 hari terdapat 5 kali apel ._. yaitu : Apel makan pagi, apel pagi, apel siang, apel makan malam, apel malam. Apel makan pagi dilakukan sebelum makan pagi dengan kondisi siswa sudah siap berangkat sekolah. Apel pagi dilakukan di halaman tiap gedung sekolah. Apel siang dilakukan setelah pulang sekolah. Apel makan malam dilakukan sebelum makan malam. Apel malam dilakukan setelah kegiatan belajar malam. Setiap apel dipimpin oleh seorang pemimpin apel. Di dalam apel biasanya diisi dengan sepatah dua patah kata oleh pamong (pamong bisa dibilang mirip dengan guru), serta berbagai pengumuman. Tak lupa disetiap selesai apel malam, kita menyanyikan lagu nasional Bagimu Negeri. Hal ini memiliki makna agar kita memiliki jiwa Nasionalisme dan ingat akan Indonesia sebagaimana lirik lagu tersebut :

Padamu Negeri
Kami Berjanji
Padamu Negeri 
Kami Berbakti
Padamu Negeri
Kami Mengabdi
Bagimu Negeri
Jiwa Raga Kami

     Keempat dan seterusnya...., sepertinya akan sangat panjang apabila penulis ceritakan satu per satu. Oleh karena itu, pembaca sekalian dapat langsung menemui alumni SMA TN atau siswa apabila ingin mengetahui lebih lanjut. Sekian.

Redian Mayo Fikri
TN XXI         
106057         





 
[citation needed]

Sebagai insan akademis, sitasi merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan. Meskipun banyak format yang berlaku di seluruh dunia, inti dari sitasi adalah mengutip suatu karangan/ artikel dari seorang penulis pada artikel milik kita sendiri. 

Sitasi ini diperlukan untuk menghindari adanya plagiarisme/ pencurian ide. Hal ini sangat penting karena plagiarisme tidak sesuai dengan etika dan hal ini sama saja dengan tidak menghargai penemu gagasan sebelumnya. 

Untuk itu, penulis mengajak insan akademis di seluruh tanah air ini untuk menghindari plagiarisme. Indonesia kaya dengan SDM, jutaan manusia ada di Indonesia ini. Alangkah baiknya apabila semua orang memiliki gagasannya masing-masing yang tentunya original. Demi membangun bangsa Indonesia yang lebih baik!
Biru Muda, Font Hitam, yap Jaket Pasopati :)
Next Frontier, Pasopati

Pasopati, salah satu unit kegiatan mahasiswa di ITB. Pasopati berisi sekumpulan orang-orang yang punya hobi sama, panahan. Sebenarnya tidak cuma panahan, banyak kesamaan yang ada dalam anggota Pasopati ini yang terlalu banyak hingga tidak bisa disebutkan satu per satu :)

Frankly, Pasopati merupakan komunitas yang unik menurut saya. Selama berkuliah di ITB, orang-orang di Pasopati inilah yang paling kompak, welcome, dan saling menguatkan :)

Oke, berbicara tentang aktivitas Pasopati ada beberapa kegiatan yang biasa dilakukan :

1. Push Up

Push up merupakan salah satu metode untuk melatih kekuatan lengan. Kekuatan ini tentu diperlukan untuk menarik string/ tali pada busur. Bisa dibayangkan, menarik busur setara dengan menarik beban seberat 18 kilogram bahkan lebih. Kabar baiknya lagi, untuk menarik string dengan metode yang benar hanya diperbolehkan menggunakan 3 jari.


Push up

2.Sikap T

Sikap T
Sikap T seperti namanya adalah latihan lengan dengan membentuk huruf T. Latihan ini berfungsi untuk membuat form/sikap menembak yang konsisten. Biasanya sikap ini dilakukan dengan tambahan beban berupa botol air mineral yang dipegang kedua tangan. Mungkin pembaca sekalian bisa mencoba sendiri di rumah, 1-2 menit sekiranya masih bisa :)

3. Latihan Menembak

Tentu saja dalam panahan, yang paling utama adalah kemampuan memanahnya. Dalam panahan ada berbagai macam aturan. Layaknya olahraga lain, aturan dalam panahan juga diatur secara internasional (Lihat : aturan panahan). Mungkin beberapa orang berpikir bahwa panahan itu mudah, mengenai target tepat di tengah sasaran itu gampang. Namun pada kenyataannya banyak faktor yang bisa berpengaruh seperti angin, jenis busur, jenis anak panah, sikap menembak, dll yang membuat tembakan tidak selalu konsisten. Hal ini wajar, bahkan atlet juara dunia pun tidak selalu mendapat poin penuh (10) di setiap tembakannya.
Latihan Menembak

Jadi kira-kira begitulah cerita tentang Pasopati....

Info lebih lanjut tentang Pasopati : Fanpage Pasopati

Nantikan cerita selanjutnya.
Kebanyakan dari kita pasti sudah pernah mendengar kata kaderisasi. Kaderisasi intinya adalah proses penurunan nilai kepada kader suatu organisasi atau institusi. Untuk angkatan 2013 pasti sudah pernah mengalami kaderisasi setidaknya 1 kali yaitu saat OSKM ITB 2013. OSKM merupakan kaderisasi yang bertujuan untuk “memantaskan” mahasiswa baru yang merupakan lulusan SMA agar dapat menyesuaikan diri dengan predikat mahasiswa yang baru diraihnya.



Mengapa saya mengangkat judul tentang paradigma?

Oke, mungkin saya akan memulai dengan bertanya kepada para pembaca sekalian : Apakah anda sangat senang menjadi peserta kaderisasi alias kader? Jika jawabannya YA, maka terimakasih anda telah selesai membaca tulisan ini. Jika TIDAK, maka lanjutkan membaca tulisan ini. Kemudian pertanyaan yang perlu saya ajukan pada pengkader adalah : Sudah siapkah para kader memasuki organisasi anda?
Dari jawaban atas pertanyaan tersebut mungkin peserta kader akan menjawab : Tidak, saya lebih suka mengerjakan pekerjaan lain dari pada kaderisasi; saya tidak ingin dimarah-marahi; saya punya jadwal yang sangat padat dsb. Kemudian pengkader juga mungkin menjawab : Masa iya adek-adek ini akan meneruskan organisasi; Saya rasa mereka belum pantas; Wah keliatannya perlu agitasi dsb. Ini hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak kondisi yang dapat terjadi.

Inilah yang saya maksud paradigma tersebut, yakni perbedaan pandangan antara pengkader dan kader. Dalam hal ini seorang kader menginginkan kaderisasi yang secukupnya, kader mungkin berpikir : Semua materi sudah saya terima dan sudah saya hayati, jadi seharusnya kaderisasi ini sudah selesai. Namun dari sisi pengkader tetap meneruskan proses kaderisasi secara formal, hal ini dapat terjadi karena meskipun sebagian besar para kader telah menerima materi dengan baik, tetapi pemahaman ini tidak menyeluruh ke seluruh peserta kader. Hasilnya adalah pengkader menekan para peserta kader untuk mendistribusikan pemahamannya ke peserta lain. Hal ini tentu membuat para kader merasa kesal, lelah, dan dapat mundur dari proses kaderisasi tersebut apalagi jika metodenya cukup “keras” seperti agitasi.

Solusi dari permasalahan ini menurut saya adalah kedua pihak yakni kader dan pengkader saling menurunkan ego masing-masing, yakni dengan berpikiran yang lebih realistis ketimbang ideal. Para kader diharapkan dapat berpikir : Saya akan menjalani kaderisasi ini, semoga softskill saya dapat berkembang dengan baik melalui proses ini. Sementara itu para pengkader diharapkan juga dapat berpikir : Kita harus mempertimbangkan metode penyampaian nilai-nilai kita, zaman sudah berubah dan mungkin metode baru harus digunakan, kita tidak perlu terpaku dengan budaya.
Well, akhirnya proses kaderisasi merupakan hal yang rumit dan pasti ada pro dan kontra didalamnya. Kini saatnya kita benar-benar membuka mata, telinga dan menegakkan kepala kita untuk menjadi insan yang semakin kritis sebagaimana seharusnya seorang mahasiswa.
Jadwal Solat dan Imsakiyah Ramadhan 1436H, Bandung dan sekitarnya.


           Berikut adalah Jadwal Solat dan Imsakiyah Ramadhan 1436H untuk daerah Bandung dan sekitarnya. Semoga ibadah kita dimudahkan oleh Allah SWT dan terus diberi kelancaran selama bulan Ramadhan ini.

#P3R Salman #1436H  #2015M

USS Enterprise of Star Trek. From : http://img.trekmovie.com/images/fanmade/enterprise_wall01_1920.jpg




Istilah Final Frontier didapat dari film science fiction yang berjudul Star Trek. Frontier sendiri apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki arti sebuah batas. (lihat : frontier is). Kemudian dengan ada kata Final pada film ini memiliki arti suatu penjelajahan untuk mengetahui yang belum diketahui. Dalam film ini dikatakan bahwa Space : The Final Frontier yang berarti bahwa penjelajahan diluar batas adalah luar angkasa. Namun, saya mengadopsi pernyataan Final Frontier ini dengan maksud yang lain yaitu penjelajahan diluar batas dalam hal apapun, tidak hanya luar angkasa. Setiap orang memiliki "Final Frontier" -nya sendiri. Setiap orang memiliki karakteristik dan passion masing-masing. Tugas kita adalah mencari "Final Frontier" kita masing-masing. Itulah esensinya, everyone have a reason why they were born, then find it already...
Next PostNewer Posts Home