Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Lingkungan
Salah satu jenis lichen. Sumber : link |
Industrialisasi
dan urbanisasi telah mempengaruhi perkembangan sosio ekonomi. Namun dibalik
itu, perkembangan ini juga menyebabkan bahaya bagi lingkungan. Beberapa jenis
polutan dilepaskan ke atmosfer dari berbagai macam sumber dalam bentuk nitrogen
oksida, sulfur oksida, pestisida, herbisida, partikel tersuspensi dan logam
berat. (Bajpai et al., 2011)
Lichen merupakan suatu suatu simbiosis
antar dua mikroorganisme berupa fungi dan mikroalga. Simbiosis ini terjadi
karena adanya kebutuhan dari kedua mikroorganisme tersebut yang tidak dapat
dipenuhi sendiri. Mikroalga merupakan mikroorganisme yang bersifat autotrof,
yang berarti mikroalga dapat melakukan sintesis karbon organik dari karbon
anorganik. Sedangkan fungi merupakan mikroorganisme yang bersifat heterotrof
yang tidak bisa mensintesis karbon organik dari karbon anorganik sehingga
memerlukan suatu sumber karbon organik yang langsung dapat digunakan. Untuk
itu, pada lichen fungi mendapatkan sumber karbon dari mikroalga sedangkan
sebaliknya mikroalga juga mendapatkan sumber karbon anorganik dari fungi.
Selain itu, fungi juga menyediakan tempat yang lebih terlindungi untuk
memberikan fungsi proteksi pada mikroalga. Hal ini menjadikan simbiosis antar
kedua mikroorganisme ini simbiosis yang mutalisme sehingga menguntungkan bagi
kedua mikroorganisme tersebut.
Lichen
memiliki habitat yang sangat beragam. Pada umumnya lichen dapat ditemukan pada
permukaan pohon, permukaan batuan hingga permukaan tanah.
Lichen
dapat diaplikasikan di bidang lingkungan, salah satunya adalah sebagai alat
untuk melakukan monitoring senyawa logam berat di atmosfer. Proses monitoring
menggunakan organisme hidup disebut juga proses biomonitoring. Hal ini dapat
dilakukan karena lichen memiliki sensitivitas yang tinggi dan memiliki
kemampuan untuk menyimpan kontaminan atau polutan di dalam jaringannya. Seperti
telah disebutkan sebelumnya, lichen dapat tumbuh di berbagai tempat sehingga
dapat dijadikan suatu indikator untuk lingkungan di sekitarnya. Karakteristik
lain yang membuat lichen dapat dijadikan indikator adalah morfologi lichen yang
tidak memiliki sistem perakaran dan morfologi permukaan sehingga membuat
kontaminan yang terdeteksi hanya berasal dari sistem absorpsi yang didapatkan
dari udara. (Obiakor et al., 2013)
Menurut
studi yang telah dilakukan, lichen dan lumut merupakan indikator yang paling efektif untuk
kadar deposisi logam yang rendah dan menengah pada area yang terkena polusi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara konsentrasi dari Pb, Fe,
Cu, Cr, dan Zn pada lichen dengan rata-rata deposisi atmosferik secara tahunan.
(obiakor et al., 2013)
Dalam
melakukan pengujian terdapat protokol yang dilakukan untuk mengambil sampel
dari lichen. Dalam melakukan sampling pada suatu spot harus dilakukan pengambilan
sampel yang terdiri dari 5 subspot di dalam area 50 m X 50 m. Kemudian sampel
lichen dikumpulkan menggunakan sarung tangan polietilen untuk mencegah
terjadinya kontaminasi lanjut yang diakibatkan perangkat sampling. Sampel yang
didapat kemudian ditempatkan di dalam paper bag. Setelah sampel didapatkan,
kemudian sampel harus di treatment dengan memisahkan lichen dari kontaminasi tanaman yang ada dan
tanah kemudian dikeringkan selama beberapa hari. (Obiakor et al., 2013)
Selanjutnya,
sampel harus diproses untuk dapat dianalisis. Sampel lichen dengan berat 6 gram
dikeringkan pada oven kemudian didinginkan pada desikator. Material kering
kemudian dipanaskan kembali hingga menjadi abu dengan furnace selama 6 jam
kemudian didinginkan di dalam furnace selama 24 jam. Sampel abu kemudian
dilarutkan menggunakan reagen asam hidroklorat dan air 1:1 selama 3 jam di atas
hotplate. Hasil reaksi kemudian dilakukan ekstraksi menggunakan air deion dan disaring
ke dalam botol polietilen. Setelah itu konsentrasi Hg, Pb, As, Cd, Cu, Cr, dan
Zn dapat ditentukan menggunakan spectrometer absorbsi atom dengan larutan
standar yang berisi konsentrasi logam yang telah diketahui. (Obiakor et al.,
2013)
Hasil
analisis penelitian oleh Obiakor et al menunjukkan bahwa lichen epifit telah
tervalidasi sebagai biomonitor yang cocok untuk logam berat yang terdapat di
udara. Adanya variasi perbedaan konsentrasi logam berat pada lichen dipengaruhi
secara utama oleh lokasi dimana sampel tersebut didapatkan.
Selain
itu terdapat faktor yang mempengaruhi konsentrasi logam berat yang terukur pada
lichen, diantaranya : kualitas dari deposisi (bentuk senyawanya, komposisi,
serta pH), iklim (hujan, temperature, angin, musim kemarau, lama waktu
terpapar), serta lingkungan local (vegetasi, kualitas substrat, partikel debu
yang didapat dari tanah, serta ketinggian dari lokasi pengambilan sampel).
(Obiakor et al., 2013)
Akhirnya,
proses biomonitor kandungan logam berat pada atmosfer ini penting karena
kandungan logam berat di udara seperti Arsen dapat menyebabkan kanker karena
merupkan senyawa grup I karsinogen. (Obiakor et al., 2013). Polusi udara ini
sering diasosiasikan dengan adanya daerah industry, pertambangan, serta aktivitas
kendaraan bermotor yang menyebabkan meningkatnya konsentrasi Arsen. (Obiakor et
al., 2013)
REFERENSI
Bajpai, R.,
Mishra, G.K., Mohabe, S., Upreti, D.K., Nayaka, S. 2011. Determination of
atmospheric heavy metals using two lichen species in Katni and Rewa cities,
India. Journal of Environmental Biology.
32(2011), 195-199
Obiakor, M.O.
& Ezeonyejiaku, C.D. 2013. Lichens as Bio-Identitiy Tool for Monitoring
Atmospheric Heavy Metal Deposition in Industrial and Urban Environment. Am. J. Life. Sci. Res. 1(2), 59-66
0 comments:
Post a Comment